Salah satu agama atau aliran kepercayaan yang masih hidup dan terus dipertahankan oleh asyarakat ialah Agama/Kepercayaan Aluk Todolo, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Aluk Todolo atau Alukta sesungguhnya merupakan adat istiadat dan tata nilai masyarakat Tana Toraja yang diwarisi secara turun temurun.
Aturan dan tatanan hidup ini bukan hanya berkaitan dengan masalah kepercayaan yang bersifat mistis tetapi juga dengan sistem pemerintahan, kemasyarakatan, adat-istiadat, kesenian, dan sistem kepercayaan. Dalam keyakinan masyarakat Tana Toraja, Tuhan disebut dengan Dewata Sewwa, yang berarti Tuhan Yang Maha Esa. Sang Penguasa Tunggal kehidupan dan keberlangsungan alam semesta. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Puang Matua (Tuhan yang maha Agung).
Dalam situasi masyarakat Tana Toraja yang sedemikian terbuka, karena salah satu wilayah obyek turis terkenal di Nusantara, tradisi dan kepercayaan nenek moyang tetap terpelihara. Masih bisa kita menyaksikan berbagai keunikan yang terjadi di Tana Toraja tidak terdapat di daerah bahkan di negara lain.
Kuburan batu di atas ketinggian gunung terjal, mayat berjalan, system pemummian mayat, upacara pemakaman yang fantastik, dan tradisi kepercayaan lainnya.
Tradisi Aluk Todolo masih kuat diyakini masyarakat Tana Toraja sebagai warisan sakral. Tata krama yang terdapat di dalamnya masih tetap diindahkan bukan saja oleh generasi tua tetapi juga generasi muda. Mereka masih yakin bahwa tradisi Aluk Todolo bisa membawa kebahagiaan dan sekaligus juga bisa membawa malapetaka jika tidak diindahkan.
Adat istiadat Aluk Todolo masih amat ampuh mempersatukan masyarakat Tana Toraja, meskipun anggota masyarakatnya sudah menganut agama formal yang berbeda-beda. Dalam satu keluarga di Tana Toraja, lazim kita jumpai beberapa agama. Boleh jadi dalam satu rumah ada yang beragama Kristen, ada yang beragama Katolik, dan ada juga beragama Islam.
Adat istiadat Tana Toraja sedemikian kuat sehingga mereka akur satu sama lain meskipun berbeda agama dan kepercayaan. Tradis Aluk Todolo diyakini oleh warganya sebagai sebuah ajaran yang bisa memberikan rasa aman, tenteram, dan damai.
Konsentrasi kepercayaan Aluk Todolo terutama bisa dijumpai di Dusun Kanan. Bagi mereka yang menganut agama dan kepercayaan selain Aluk Todolo diperkenankan tidak memasuki dusun ini. Dusun Kanan sudah seperti sebuah cagar budaya yang dipertahankan keunikannya. Dahulu pernah dilarang memasuki wilayah ini selain orang yang berkepercayaan Aluk Todolo.
Tradisi paling terkenal di Tana Toraja hingga saat ini ialah upacara pemakaman adat, yang biasa disebut dengan ritual Patomate. Tidak semua orang Tana Toraja bisa dimakamkan secara adat ini.
Orang-orang di luar penganut Aluk Todolo misalnya, sekalipun pejabat, bangsawan, dan memiliki banyak uang, mereka tidak boleh dimakamkan secara adat ini. Para tokoh adat sangat tegas menegankkan adat istiadat Aluk Todolo. Tradisinya diajarkan melalui kurikulum lokal pada setiap jenjang pendidikan.
Dalam mitos Tana Toraja, leluhur orang Toraja diyakini datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut kepercayaan Aluk Todolo, dibagi menjadi dunia atas (surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya yang menerangi dunia.
Dewa-dewa Toraja yang dikenal di dalam masyarakat ialah Pong Banggai di Rante (Dewa Bumi), Indo’ Ongon-Ongon (Dewi Gempa Bumi), Pong Lalondong (Dewa Kematian), Indo’ Belo Tumbang (Dewi Pengobatan), dll. Aluk Todolo memilik aturan tersendiri mengatur hubungan antara manusia, alam, dan Dewa.
Sumber: https://inilah.com/